Minggu, 28 Juni 2020

Memisahkan Masalah Diri dan Masalah Orang Lain

Kata orang, mood itu menular.
Bila orang lain senang, kita juga ikut senang.
Bila orang lain sedih, kita juga ikut sedih.
Bila orang itu kesal, apakah kita juga ikut kesal?

Kalau saya, awal-awal iya.
Saya kerap kali ikut merasa kesal kalau ada orang lain yang kesal di sekitar saya.
Itu membuat suasana jadi tidak enak.
Atau setidaknya merasa, kok gitu aja kesal sih.
Kok gitu aja marah-marah sih. Kan ada cara lain yang lebih baik.
Intinya, saya ikut merasakan emosi negatif bila ada orang yang beremosi negatif.
Entah saya merasa ikut bersalah, jangan-jangan dia kesal karena salah saya (tapi ga berani nanya), atau merasa ikut kesal, marah (di dalam hati), dan perasaan lainnya yang bercampur aduk.

Sampai suatu saat saya merasakan suatu kedamaian di hati.
Saya bisa stay cool walaupun orang di sekitar saya memiliki emosi negatif.

"Itu masalah dia, bukan masalah saya."

Bukan berarti saya tidak peduli. Bukan.
Maksudnya, itu masalah dia, saya tidak perlu ikut kesal maupun terlalu ikut pusing memikirkannya.
Bila masalah dia menyangkut saya, saya minta maaf (Yap, perlu dipastikan langsung ke orangnya, karena hanya berprasangka itu melelahkan).
Tapi kalau bukan karena saya, saya membantunya dengan cara sebisa saya.
Ingat, peran utama pemecahan masalah dilakukan oleh orang yang bersangkutan.
Saya hanya supporter saja. Kalau tidak bisa dengan kata-kata atau perbuatan, ya dengan doa.
Kadangkala kita terlalu ikut campur dalam memikirkan masalah orang lain. Kita kasih saran-saran, eh orang itu tidak mengikuti saran tersebut, lalu kita jadi gregetan.

Orang tua yang terlalu ikut campur dalam masalah anak.
Istri yang terlalu ikut campur dalam masalah suami, atau sebaliknya.
Memang kita harus saling membantu, tapi jangan mengambil alih pelaku pemecahan masalah.

Jadi, bila orang di sekitar kita memiliki masalah, stay cool saja. Jangan terpancing emosi. Itu masalah dia, lakukan saja apa yang kita bisa lakukan.
Setelah emosi yang bersangkutan agak mereda, kita bisa tanyakan apa yang bisa dibantu.
Kita bisa membantu dengan kata-kata yang menghibur. Atau dengan menawarkan makanan atau minuman untuk melunakkan suasana.
Bila bantuan kita dirasa tidak terlalu berarti, jangan diambil hati. Karena pelaku pemecahan masalah bukan di kendali kita.

Pisahkan masalah orang lain dan masalah kita.
Masalah kita, kita hadapi dengan serius.
Masalah orang lain, cukup bantu semampu kita tanpa merasa baper.
Tentunya jangan lupa berdoa kepada Allah, agar masalah terselesaikan, dan hati senantiasa damai :)
Insyaa Allah.