Senin, 19 Agustus 2013

Sepeda di Negeri Honda, Toyota, dan Suzuki

Hari ini saya ke Japan Foundation untuk daftar Japanese Language Proficiency Test. Lumayan untuk penyemangat belajar bahasa Jepang. Eh waktu saya ngisi formulir, TV di sana sedang menyiarkan program NHK, acara "Cool Japan". Acara ini sangat menarik. Setiap minggunya mereka mengambil topik tertentu yang membahas tentang keunikan-keunikan Jepang, kemudian didiskusikan dengan 10 orang asing dari negara yag berbeda. Mereka juga menghadirkan pakar yang bersedia menjelaskan buadaya tersebut.

Nah, topik hari ini adalah mengenai sepeda. Unik memang, Jepang sebagai negara yang terkenal dengan Toyota, Honda, Suzuki, warganya malah lebih menyukai mengendarai sepeda.
Ada beberapa poin yang sempat dibahas.

1. ママチャリ (Mamachari)
Ini istilah untuk sepeda para ibu. Ibu-ibu di Jepang sering menggunakan sepeda, baik untuk berbelanja maupun mengantar anak balitanya pergi sekolah. Ciri khas dari mamachari adalah ada keranjang di depan, dan kadang-kadang ada kursi boncengan khusus anak-anak. Bahkan ada yang masang dua kursi boncengan, satu di depan untuk anaknya yang kecil, dan satu di belakang untuk anak yang lebih besar. Di paling depan ada keranjang untuk meletakkan barang belanjaan. Perkasa juga ya ibu-ibu di Jepang!

2. Tempat parkir sepeda
Di Jepang lagi tren pergi ke kantor dengan sepeda. Lebih sehat dan murah. Yang suka jadi masalah, kalo ke kantor naik sepeda, ntar nyampe kantor keringetan dong? bau dong? Jangan khawatir. Ada tempat parkir khusus sepeda terutama bagi para karyawan kantor, lengkap dengan ruang shower! Ada hairdryer dan cotton buds juga di sana. Mewah banget tempatnya.
Salah satu pelanggan tempat parkir sepeda itu, dia selalu ke kantor naik sepeda selama 40 menit. Nah dia pakai pakaian olahraga untuk naik sepeda, setelah sampai tempat parkir itu dia shower dan baru ganti baju kerja. Keren ya!

3. Sepeda hibrid
Nah ini sepeda yang ditemukan pada tahun 1993. Jadi sepeda ini dapat melaju dengan 1/3 tenaga manusia + 2/3 tenaga motor. Ada sensor untuk mendeteksi kayuhan awal, setelah itu barulah motor bekerja untuk mempermudah laju sepeda. Saya jadi pengen sepeda ini, hiks.

4.  Kejuaraan Anak Lalu Lintas Keselamatan Sepeda  
Baiklah, saya belum menemukan kata-kata yang pas untuk menterjemahkan 交通安全子供自転車大会. Itu keren loh, semacam kejuaraan sepeda untuk anak-anak, tapi bukan kayak F1 atau motoGP yang ngebut-ngebutan. Di sini ada 3 sesi, tes tulis (pengetahuan teori seperti tentang simbol-simbol lalu lintas dalam bersepeda), mengendarai sepeda dengan aman (seperti bagaimana menyeberang dengan menggunakan sepeda di perempatan), dan yang terakhir teknik bersepeda (seperti bersepeda zig-zag, sepeda lambat, dll). Yang jadi tujuan utama dari perlombaan ini adalah untuk memperkenalkan cara aman mengendarai sepeda untuk anak. Ini salah satu video amatirnya

Akhir kata, Anda mau kurus? Mulai sekarang naik sepeda!
Tapi jalannya berlubaang

Kamis, 15 Agustus 2013

Perdana Menteri Jepang Cadel ?!

Kemarin ketika menonton NHK, muncul tayangan PM Jepang, Pak Abe Shinzo, sedang memberikan pidatonya. Hmm? Kok ada yang aneh ya cara beliau ngomong. Setelah saya perhatikan, ooh ternyata beliau cadel toh.

Ada cerita lain. Sepupu saya, ketika berumur lima tahun (kalo ga salah), menunjukkan celana ke ibunya sambil berkata, "Buu.. Celananya melotooot". Hah? Melotot? Pikir saya. Ternyata oh ternyata, maksud dia itu 'merosot' :))

Ngomong-ngomong tentang cadel, saya dulu juga cadel loh. Bahkan saya masih cadel hingga kelas 1 SMA! Waktu itu teman sekelas saya ada yang namanya sangat kental dengan huruf 'R', sampai  saya menghindari memanggil nama mereka, haha. Yang paling parah memang waktu saya berumur 5 tahun, dan sering di'ledek' oleh saudara saya. Pernah juga waktu kelas 2 SMP, saya menolak (dengan pura-pura sakit #parahbanget) membaca sebuah puisi waktu pelajaran bahasa Indonesia, karena banyak huruf 'r'nya. haha. Tapi berangsur-angsur kecadelan saya berkurang, hingga ketika kelas 2 SMA alhamdulillah saya sudah tidak cadel lagi.

Apa yang saya lakukan sehingga tidak cadel lagi? Saya tidak melakukan treatment khusus sih. Cuman yang saya ingat, saya berlatih mengucapkan huruf 'r' dari tasjid Al-quran, seperti "miRRobbihim" yang kata tersebut artinya "dari tuhan mereka". Saya iseng2 aja, ga berniat untuk mengobati kecadelan saya. Tapi ternyata perlahan-lahan kecadelan saya menghilang!
Bagi yang ingin mengobati kecadelannya juga, selamat mencoba :D

Dan satu lagi, tidak usah malu kaya saya kalau Anda cadel. Kecadelan bukan segalanya kok! Kita ga akan ditanya di alam kubur, "Kamu cadel ga?". Ga bakal ditanya pokoknya. Ga dosa. Jadi tenang aja ya!

Minggu, 14 April 2013

Tohokudai VS Titech

Setelah wisuda kemarin, sekarang saya sedang galau. Galau memutuskan ke mana saya akan melanjutkan study S2. Dua pilihan yang ada di pikiran saya adalah Aoki laboratory yang ada di Tohoku Unviersity (tempat saya exchange dulu) dan Kunieda-lab yang ada di Tokyo Institute of Technology.

Sejujurnya, ketika saya akan pulang ke Indonesia dari exchange, saya sudah menyampaikan ke aoki sensei di aoki-lab bahwa saya ingin melanjutkan S2 di sini. Mereka pun setuju, dengan catatan saya mendapatkan beasiswa. Pikiran saya pun sudah tertata. Ketika saya kembali nanti, saya akan tinggal di asrama sini, kemudian saya gabung menjadi pengurus international comittee di International center, kemudian saya akan bertemu dengan teman lama saya sewaktu SD, guru saya SD, melanjutkan perawatan gigi, bla bla, bla, banyak sekali. Bukannya rencana mau riset apa ya, haha.

Menjelang saya lulus dari ITB, saya mengikuti acara Indonesia Japan Innovation Convention di sabuga. Di situ lah saya mengenal adanya kunieda-lab dari Tokyo Institute of Technology (Titech). Mereka memamerkan produk mereka, yaitu otentikasi fingerprint yang sudah embedded di smartphone. Wah, mirip sekali dengan TA saya. Bedanya, saya palmprint (guratan tangan), mereka fingerprint. Sama-sama aplikasi di smartphone. Dari hasil mengobrol dengan mereka, saya baru tau kalo Kunieda-lab juga punya company yang memproduksi produk-produk hasil riset mereka.. Hmm, menarik..

Setelah saya lulus dari ITB, saya semakin bingung. Kemana kah saya harus melangkah. Tentunya saya sholat istikharah untuk meminta petunjuk dari Allah. Dari segi pemikiran saya, setidaknya saya memiliki beberapa pertimbangan.

Kalau saya di Tohoku..
Tentu saya sudah 'direstui' sensei nerusin S2 di sana (meskipun tidak mengikat juga). Jadi lebih mudah jalannya. Senseinya juga sangat baik. Kemudian juga saya sudah kenal lingkungannya, kampusnya,  orang-orang PPI di sana,  dan saya juga rencana akan kembali mengikuti school visit program di sana yang berarti akan bertemu dengan teman-teman yang dulu juga ikut school visit program. Saya juga bisa menemui teman sewaktu SD saya di Sendai (waktu saya exchange kemarin cuma sempat bertemu dua orang), guru SD saya, dan tapak tilas tempat-tempat dulu. Ya, saya pernah menghabiskan 4 tahun sewaktu saya umur 7 hinga 11 tahun di Sendai.
Sendai juga biaya hidupnya lebih murah, lebih asri.
Tapi jujur saja untuk lab nya, walaupun teman-teman lab baik dan suka membantu, saya masih suka kagok bergaul dengan mereka. Yang jelas di situ lelaki semua. Sepertinya mereka tipe-tipe orang yang pemalu. Jadi, walaupun saya hampir tidak ada masalah dalam hal bahasa, tetap saja kagok. haha. Mungkin sayanya juga yang pemalu sehingga mereka juga sungkan untuk mendekati. Eh tapi malah aman ya, mereka ga berani macem-macem. haha. Yang jelas jangan mikirin pergaulan lah. Itu tidak terlalu penting. Untuk riset sebenarnya saya bingung mau riset apa. Waktu saya hendak meninggalkan aoki-lab, mereka sedang riset mengenai otentikasi biometrik dengan gigi. wew. Tapi kalau saya ga jadi di sana, saya agak ehm ehm juga nih. Soalnya saya sudah 'mengumbar' ke orang-orang kalau saya bakal balik lagi ke sana. hehe. Yang paling pasti, berarti ngebatalin ke aoki sensei dan teman-teman lab dong :(

Kalau saya di Titech..
Bener-bener baru di sana. Lingkungan baru, orang baru, kampus baru. Tapi asik juga sih. Bisa menjadi orang yang baru di sana. Mungkin waktu dulu di Tohoku saya malu-malu, bisa jadi di Titech saya lebih aktif. Di kunieda lab juga lebih banyak mahasiswa asing, that means I can practice english, yeah. Dan ada wanita di kunieda-lab!!Senang sekali saya. Eh tapi sekali lagi jangan pikirkan pergaulan. Itu bukan masalah penting. Yang menjadi daya tarik utama adalah mereka punya company. Jadi selain kita riset, kita juga dapat ilmu bagaimana kita memasarkan produk ke masyarakat. Kata Bu Ayu sih kalau Tohoku tidak terlalu mengikat, menarik juga kalau bisa masuk situ. Jadi bisa share. Kata teman-teman yang lain juga bagus labnya, gede.
Di Titech berarti di Tokyo, lebih mahal biaya hidup. Seperti kata Khoa, teman saya orang vietnam yang S1 di Aoki-lab Tohoku dan S2 sekarang di Titech, hidup di Tokyo sangat menarik. Karena ibukota wajarlah ya, penuh dengan dinamika. Tapi di Tokyo berarti banyak mesjid, banyak restoran halal, banyak orang Islam ya. Banyak kenalan saya di sana pula. Menarik. Tapi nantinya kalau saya jadi ke sana, saya jadi sulit bertemu dengan teman SD dan guru SD (niatnya belajar atau ketemu orang sih -.-). Hmm, yang jelas untuk masalah ketemu orang atau pergaulan itu nanti saja! Ini niat belajar kok. Di Tokyo, berarti ada kemungkinan ketemu geinoujin atau masuk reality show.. ? Ah lupakan masalah itu. Fokus belajar!

Namun yang menjadi concern di sini, ada kalanya yang kita anggap baik belum tentu baik bagi kita, dan yang kita anggap buruk belum tentu buruk bagi kita. Atau justru yang kita anggap buruk malahan jadi yang terbaik untuk kita. Sesuai Al-baqarah : 216, Allah Maha Mengetahui sedangkan kita tidak tahu. Maka, mari kita juga berdoa dengan sebaik mungkin :)

Minggu, 07 April 2013

Dandan = Merapikan

Saya masih ingat kejadian waktu saya akan lulus dari IC (MAN)
Waktu itu ada kumpul angkatan (cewe), ngomongin tentang hal-hal wisuda. Sudah menjadi tradisi IC kalo waktu wisuda baju kita seragaman semua, jadi kita sering banget ngumpul untuk mebahas hal-hal seperi ini.
Pada suatu waktu kita ngomongin tentang make up. Salah satu teman saya bertanya ke kita semua, yang kurang lebih isinya seperti ini,
"Eh kita mau make up barengan ga? Nambahnya 50 ribu. Gimana? Ada yang ga setuju?"
Saya berpikir waktu itu, wah bajunya aja 300ribu, nambah 50 ribu lagi.. hmm, gimana ya, kok rasanya mahal.. 'cuma' make up ini..
Akhirnya saya memutuskan untuk mengangkat tangan saja..
Dan..  ternyata ada tiga orang lainnya yang mengangkat tangan! (Alhamdulillah ada temennya..)
Waktu ngeliat teman-teman yang mengangkat tangan... Lia.. Mirrah.. Zizi... Ya Ampun!! Mereka teman kamar saya! Padahal kita duduknya saling berjauhan dan gak janjian sama sekali.. Kompak banget ya anak 102H! Hahaha

Alhamdulillah.. tanggal 6 April kemarin akhirnya saya di wisuda..
Saya bingung nih waktu itu, dandan gak ya.. Pertama saya ga bisa dandan. haha. Kedua, saya ga suka dandan (yang menor). Paling banter foundation sama bedak aja. Haha. Saya juga udah survey juga nih sebenernya. Di deket rumah ada salon muslimah, jadi bisa juga dandan ke sana.
Terus akhirnya saya tanya ke Ibu, dandan gak ya Bu? Ibu bilang, ga usah aja..

Akhirnya saya pun berpikir, kita dandan buat apa sih, atau lebih tepatnya, buat siapa sih. Biar cantik? Nah kalo udah cantik, gimana, mau memperlihatkan kecantikan kita ke semua orang kah. Kita dandan buat siapa sih. Buat diri sendiri? Kalo buat diri sendiri mah saya mending ga usah dandan.. ribet, haha..

Jadi saya putuskan untuk anti-mainstream, dandan! Tapi maksud dandan di sini adalah (meminjam istilah teman saya, garin) 'merapikan', bukan mempersolek diri. Jadi ya cukup kita menutup aurat dan sekedar rapih saja. Kerudungnya ga usah diubet-ubet lah (padahal emang ga bisa :p), yang penting menutup aurat. Biar ga berminyak (waktu difoto :p), cukup dikasih pelembab, foudation, dan bedak. Selesai deh!
Alhamdulillah, saya ga telat ke sabuga.. hoho (padahal rumah saya di deket buah batu..)

Saya sih pengen juga dandan, tapi nanti. Saya pengen juga dandan, biar cantik. Tapi saya ga mau kecantikan saya (semua cewe yang dandan cantik lah ya) dilihat orang-orang. Malu. Dan saya ga dandan untuk diri sendiri (kan udah bilang males dandan buat diri sendiri, ribet :p), tapi untuk orang yang spesial (3 telor). Dan saya ingin, ketika saya berdandan, itu bernilai ibadah di sisi Allah..


Salam dandan!